Share with Love

Aliran Rasa Tantangan Level 2 Melatih Kemandirian

Bismillah,

Alhamdulillah telah tiba pada saatnya untuk mengalirkan perasaan dan pemikiran setelah melakukan Tantangan Level 2 mengenai Melatih Kemandirian, dalam kelas Bunda Sayang batch 5, khususnya di Wilayah Jateng ini. Orangtua khususnya Ibu punya peran penting dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi orang yang mandiri dan sungguh-sungguh dalam kehidupannya.

Banyak hal bisa ditularkan dan diajarkan dalam melatih kemandirian. Tugas sang Ibu lah yang harus bisa mengamati, kapan waktunya anak mulai dilatih mandiri beraktivitas di toilet, kapan mulai latihan makan sendiri, kapan bisa merapikan mainan sendiri, kapan dilatih membantu pekerjaan rumah tangga dan seterusnya.

Bersyukur saya berada dalam kelas yang mengajarkan Ibu untuk kembali melatih anak untuk bersikap mandiri, sesuai dengan kondisi masing-masing dengan lebih terencana dan tertata lagi. Alhamdulillah sudah dikaruniai anak, satu, laki-laki, sekarang berusia 3 tahun 7 bulan. Melatih kemandirian pada anak, sebenarnya sudah selalu dilakukan setiap hari. Hanya saja dengan adanya tantangan ini, saya secara pribadi menjadi lebih terpacu untuk melakukannya dengan lebih tertata.

Beberapa hal yang menjadi catatan dalam pelaksanaan tantangan ini adalah

  1. Saya harus melihat bagaimana kondisi anak saya, kemudian saya prioritaskan urutan latihannya, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
  2. Selalu komunikasikan dengan bahasa yang jelas, lemah lembut dan kedepankan ekspresi ramah penuh senyuman, meskipun sering menjumpai anak melakukan kekeliruan, karena ketidakmampuannya. Selalu ingat bahwa ini adalah tahapan, dan proses anak untuk menjadi bisa. Jadi sering-seringlah maafkan anak yang melakukan kesalahan. Justru menunjukkan sikap panik saat pertama melihat anak berbuat salah mengajarkan bahwa dia juga harus bersikap demikian kepada Anda, dan orang lain di saat menemui keadaan yang sama. Tetap tenang dalam kondisi apapun. Bismillah..
  3. Jika cara satu, dua, dan tiga belum berhasil, makan terus mencari cara, hal apa yang bisa dikomunikasikan, dari hal-hal terdekat dengan anak akan lebih mengena. Jangan mudah menyerah.
  4. Kawal perkembangan kemampuan anak, dengan terus melakukan evaluasi, terhadap yang terjadi hari itu. Apa yang jelek eliminiri, yang baik terus tingkatkan.

Dalam tantangan ini, Alhamdulillah, beberapa hal mengalami kemajuan signifikan. Saya mengurutkan dari yang paling berhasil ke arah yang kurang berhasil, karena satu dan lain hal. Konteks ini saya sampaikan, mengigat, rentang waktu yang diberikan untuk tantangan dalam melatih satu aktivitas untuk jadi mandiri adalah selama satu pekan. Saya yakin hal lain yang kurang berhasil, bukan berarti benar-benar gagal, melaikan butuh proses lain yang bisa jadi membutuhkan waktu lebih lama. Artinya jadi keberasilan yang tertunda.

  1. Melatih kemandirian anak untuk berbicara mengungkapkan apa yang diingikan, menyampaikan pendapat dengan nada tenang, tanpa marah-marah dan juga menangis. Alhamdulillah tercapai dan saya nilai 98 dari poin 100 dalam tiga hari latihan. Kalau sesekali merengek, itu bisa jadi karena sedang benar-benar mengantuk atau sedang kecapekan. But overall, that was a huge step to a good way. Untuk ceritanya, bisa ditengok di tulisan lain yaa…
  2. Melatih kemandirian anak untuk melepas pakaian sendiri, mandi dan berpakaian sendiri. Dari 5 tahapan yang saya jabarkan pada laporan harian, sesungguhnya anak sudah mampu menguasai 4 tahapan. Sehingga saya bisa memberi nilai 80 dari 100 poin. Yang masih terus dipacu adalah mengenai poin pertama, yaitu kesadaran dan kedisiplinan untuk secara teratur mandi.
  3. Toilet training untuk BAB butuh waktu yang tidak cepat. Dari tujuah hari yang disediakan untuk satu keterampilan itu, anak kami belum dikatakan lulus. Nilai nya baru 40 dari 100. Hal keberanian yang harus terus digali dan juga terus dimotivasi.

Demikian lah sedikit aliran yang bisa saya sampaikan. Bahwa sikap mau terus memotivasi anak dengan konsisten sangat penting, selain juga memberikan keteladanan, sehingga anak tidak hanya mampu meniru perilaku orangtua, tetapi juga mampu menyadari bahwa apa yang dilihat itu penting, dan dibutuhkan untuk dilakukan sang Anak. Semoga semua berhasil, dengan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, aamiin…

Share with Love

Khoirun Nisaa