Share with Love

Tantangan Level 3 Melatih Kecerdasan #hari4

Bismillah,

Hari ini anak K lebih banyak bermain dan berkegiatan di luar rumah bersama ayah dan omnya. Jadi bertemu dan berinteraksi dengan bunda tidak terlalu banyak.

Waktu bunda sedang tiduran di kamar, terdengar dari jauh suara tangisan anak K. Lumayan keras dan sesenggukan. Satu, dua, tiga menit belum berhenti, dan masih keras. Hati ini mulai resah. Ada apa ya..

Lokasi nangis nya cukup jauh, sekitar 10meter dari kamar bunda. Anak K sedang bersama ayah. Bunda yang kepala sedang diberi nikmat pusing dan berat akhirnya bangkit dari tempat tidur dan menghampiri anak K yang juga sedang digendong ayahnya mendekati kamar.

Duduklah mereka di ruang tamu. Kemudian anak K masih menangis sambil berkata,

“Bundaaaa, ayah nakaaal,” kata nya.

Wooo kenapa ini.

Berkali-kali kalimat itu yang diucapkan. Rupanya ada drama sebelum minum obat. Jadi menurut versi anak K, dia tidak mau dipaksa minum obat.

Baiklah saya tidak banyak komentar hanya meraih anak K dan mengajaknya tiduran sambil saya peluk. Sementara anak K masih menangis sambil ngomel ayah nakal.

Sesekali saya katakan untuk tenang dulu… Sambil diusap-usap dada dan memeluknya. Terkadang saya mencoba berempati dengan bertanya, sedih yaa.. Coba cerita Bunda. Bunda senang dengar kalau anak K mau cerita..

Lagi-lagi jawabannya ayah nakal ayah nakal.

Rupanya anak K terlalu sedih. Menangis tak henti-henti. Baiklah mari kita pindah saja ke kamar.

Di kamar mulai reda tangisannya, saya mencoba mengalihkan dengan cerita-cerita ringan seputar kejadian di rumah, namun benerapa kali dia teringat dan kembali menangis lagi.

Baiklah saya tunggu hingga reda. Mulailah saya ingatkan anak K untuk jangan terlalu sedih..

“Mas K, sedih boleh, karena semua orang pernah sedih. Bunda waktu kecil juga pernah nangis, tapi kalau kelamaan jadi capek trus ngantuk, bobok, ” celoteh saya sambil mempraktikkan gaya lucu, ingin mencairkan suasana.

“Mas K boleh sedih sebentar saja yaa… Jangan lama-lama. Nggak baik. Kan ada Allah, jadi jangan sedih,” bujuk saya.

“Anak K banyak yang sayang, ayah tadi maksudnya baik, ngajak minum obat, perhatian ngingetin minum obat, jadi jangan sedih,” bujuk saya lagi.

“Bunda sayang anak K, ayah juga sayang, Allah lebih sayang anak K, jadi sedihnya udaah yaa,” rayu saya lagi…

Anak K mulai diam. Setelah saya tawarkan makan roti pakai meses tawanya terlihat lagi. Alhamdulillah. Anak K sudah akur lagi dengan ayahnya..

Semoga ucapan tersebut menguatkan hatinya untuk terus sayang Allah. Aamiin.

Di malam hari saat tiba sholat isya, anak K baru bangun tidur dari sebelum ashar. Lama juga ya bobok siang nya. Dibangunkan beberapa kali di sore hari tidak bangun juga.

Nah, beberapa saat sudah bangun tidur, anak K pun menggeliat. Lalu saya sambut dengan kalimat

Alhamdulillah sudah banguun

Lalu doa bangun tidur

Kemudian saya mengucapkan beberapa kalimat thoyibah lain sebagai bentuk syukur karena menyaksikan anak sudah tumbuh besar, bangun tidur dengan enak.

Alhamdulillah.

Share with love

Khoirun Nisaa