Share with Love

Game Level 1 Komunikasi Produktif #Hari1

SAY WHAT YOU WANT

Bismillah

Alhamdulillah, mengikuti kelas Bunda Sayang di Institus Ibu Profesional, selalu membuat saya dikelilingi oleh para Ibu yang sangat semangat belajar dan berkembang dalam berperan jadi Ibu yang bermanfaat dan bermartabat.

Well, kali ini, adalah kisah pertama saya mempraktikkan Tantangan 10 Hari komunikasi produktif kepada anak saya, K. Hari ini diawali dengan kemanjaan K saat bangun tidur. Dia selalu panggil-panggil “Bunda,,sini…” saat mendapati saya tidak disampingnya saat bangun tidur. Berhubung K, masih harus minum obat selama masa rawat jalan, saya meracik obat dan menyodorkannya. Kemudian, cerita punya cerita, K belum mau minum obat, dan langsung bangkit serta bergegas naik balance bike miliknya. Setiap akan berbicara kepada K, betapa saya berusaha untuk berhati-hati dalam memilih kata juga berusaha untuk menggunakan intonasi dan suara yang ramah.

Saya: “Mas, sudah waktunya minum obat, ini obatnya yaa…mau minum sendiri atau disuapi?”

Sambil menaiki sepeda miliknya K menjawab: “Minum sendiri Bund, obatnya di sana (sambil menunjuk kelapa muda di dekatnya) Bund, nanti K ambil”

Lalu tanpa diperintah, K langsung ambil obatnya dan minum. Kemudian dia pun berkata: “Bund, obatnya sudah nggak ada,”

Saya: “Kemana?” (dengan ekspresi ingin tahu, dan bersemangat)

K: “Obatnya sudah pindah ke sini, (sambil menunjuk perut), sudah pindah ke usus besar”

Saya pun tersenyum dan berucap, “Alhamdulillah…”

Hari menjelang siang, saat kami bermain bersama di ruang utama kami, K terlihat sibuk membawa gunting (Alhamdulillah K sudah mahir menggunakan gunting dari usia 2 tahun), lalu dia mendekati beberapa galon air minum yang baru saja beli, dan diletakkan dekat kami. Dengan sigapnya ia menggerakkan guntingnya dan mulai menggunting segel plastik salah satu galon itu. Saya yang melihatnya dari jarak 2 meter, sedikit terkejut, namun, saya tetap diam sekitar 5 detik. Kemudian dengan perlahan saya ucapkan kepada K

Saya: “Mas, segel galonnya boleh digunting, kalau galonnya mau dipasang ke dispenser yaa…”

K: “Sekarang ya boleh kan Bun…

Saya: “Kalau sekarang digunting segelnya, air di dalamnya bisa kotor”

K pun tetap menggunting segel plastik galon tersebut. Segel yang dimaksud ini, adalah plastik pembungkus tutup galon (yang juga terbut dari plastik yang lebih tebal). Plastik ini lebih tipis, bukan sebagai pelindung utama galon. Jadi sebenarnya bukan masalah besar jika plastik itu lepas. Hanya dalam hal ini saya ingin memberitahu K bahwa lebih baik jika plastiknya dibuka sesaat akan memanfaatkan air dalam galon tersebut.

Setelah selesai menggunting semua plastik galon tersebut, sampahnya berserakan di lantai. Kemudian saya katakan padanya, “Sampah plastiknya buang ke tempat sampah yaaaa…” dengan tetap berusaha memakai nada santai.

K menjawab: “Yaa..” dengan mantab dan nada tegas.

Pada kondisi tersebut di atas, alih-alih melarangnya naik sepeda, saya ingin K tetap minum obat, namun saya beri pilihan, minum sendiri atau disuapi, dan K memilih minum sendiri tanpa paksaan. Selain itu, dari pada melarang K untuk menggunting plastik segel galon dengan kata-kata “jangan” saya mengucapkan untuk K menggunting plastik segel sesaat akan pakai air galonnya. Selain itu saya juga langsung meminta K untuk membuang sampah di tempat sampah.

Maka dalam kesempatan tersebut di atas, saya sudah belajar praktik fokus pada mengatakan apa yang diinginkan, bukan yang tidak diinginkan. Selanjutnya saya juga sudah mempraktikkan komunikasi dengan menggunakan informasi yang simpel dan pendek. Menghindari kalimat berbelit-belit. Kemudian yang tidak kalah penting adalah selalu perhatikan tatapan mata K dan berbicara dengan nada lembut dan ramah.

Barakallahu fiikum

Majenang, 22 Rajab 1440 H, 29 Maret 2019

Khoirun Nisaa