Share with Love

Level 1 Komunikasi Produktif #hari6

pic: canva

Memuji, Ganti Perintah dengan Pilihan

Bismillah,

Alhamdulillah, hari ini, kami punya kegiatan outdoor yang sedikit berbeda dari biasanya. Iya, kami berkebun. Sebenarnya kegiatan berkebun sudah sangat ingin saya praktikkan, sedari dulu, saat saya mulai sadar untuk berpola makan sehat ala food combining. Sudah dicoba beberapa kali, tapi belum ada perkembangan signifikan. Di depan rumah kami ada halaman, yang relatif luas, oleh mertua saya ditanami banyak pohon pisang, ada 3 pohon kelapa, pohon rambutan, pohon jeruk nipis dan juga pohon petai. Nah, pagi tadi saya mencoba memulai kembali kegiatan berkebunnya. Saya selalu berencana untuk menanam sayuran, namun kegiatan itu selalu terputus di tahap pembersihan rumput, kadang sampai ke persiapan area tanam, dan pernah juga sudah sampai kepada pembibitan dan penyemaian. Semoga kali ini bisa berjalan lancar sesuai rencana. Aamiin.

Beberapa peralatan sudah disiapkan berbulan-bulan lalu, (waktu tepatnya sampai lupa, wkwkwk), ada pancong (cangkul kecil), ada serok, cungkrik, ember. Karena merasa cukup kerepotan mengatasi rumput-rumput yang tumbuh subur di halaman, akhirnya saya mencoba menanan di wadah saja. Sejumlah pot dari cup mie instan cepat saji sudah terkumpul, lalu kemasan minyak goreng pouch 1Kg dan 2Kg, juga sudah ada, hasil menyimpan dari belanja bulanan. Baik, itu sedikit pengantar tentang latar belakang kegiatan berkebun kami. Jadi terbayang kan, kami baru memulai lagi, jadi belum ada tanaman sayur mayur yang tumbuh, bahkan belum ada panen sayur seperti teman-teman, hehehe.

Back to story, pagi tadi saya melakukan pembibitan tanaman cabai hijau besar dan juga cabai rawit (cabai setan), karena di rumah baru ada itu, yang bisa ditanam. Seperti yang saya baca di buku Halaman Organik, saya mencoba pembibitan dengan menyemai biji pada tisu lembab, yang saya letakkan di wadah sterofom bekas makanan. Semoga dalam 2 hari ke depan sudah mulai berkecambah. Semua itu saya lakukan di dapur kecil kami. Kemudian, baru deh saya bergerak ke depan rumah. Di sisi lain, anak K yang baru beberapa menit bangun tidur, masih tampak belum bersemangat. Sedari bangun tidur, minta ke Mbah Putri-nya, padahal Si Mbah sudah pergi ke pasar. Melihat saya mondar-mandir, dia belum tergerak untuk ikut berkegiatan. Hanya tergolek lemas di kasur portable yang diletakkan di ruang mainnya.

Baru setelah dia lihat ada kucing, (sebenarnya tidak official kami pelihara, tetapi si kucing yang dikasih nama Yongyong itu pun seneng banget berkeliaran di rumah kami) anak K langsung bangkit dan ingin mendekati kucing yang ada di teras depan rumah. Sambil bermain-main dengan kucing, anak K mulai semangat lagi, hingga terjadi banyak percakapan di antara kami.

Anak K: “Bund, Yongyong minta makan Bund…”

Saya:” O iya ya..dikasih makan apa yaa….”

Anak K:”Masih ada tulang-tulang nggak Bund?”

Saya pun bangkit dari kegiatan menata pouch bekas minyak goreng yang sedang saya gunting dan cuci.

Saya: “Coba dilihat dulu ya, di dapur masih ada nggak yaa….”

Alhamdulillah, ternyata masih ada 1 lele goreng yang sudah termakan sebagian. Anak K meminta saya untuk memberikan bagian leher dan juga tulang ikan tersebut. Kemudian anak K dengan senang hati memberi makan kepada si kucing. Di saat yang bersamaan, saya mulai kembali ke kegiatan berkebun.

Anak K: “Bund itu, diapain sih Bund?” (Anak K melihat saya sedang mulai menggunting dan merapikan beberapa pouch minyak goreng, di dekat kran air halaman rumah.

Saya: “Ini mau digunting lalu dicuci, terus digunting lagi.”

Anak K mulai terlihat mendekati saya, dan tertarik ingin membantu. Akhirnya dia meminta untuk mencuci plastik pouch tersebut. Mungkin dia tertarik, karena ada kegiatan main air (as his favorite toy) ditambah pakai selang, makin asyiklah dia, hihihi. Jadilah anak K sibuk mencuci plastik-plastik tersebut. Dari jauh saya mulai mempersiapkan media tanam yang hendak dimasukkan ke dalam pouch tersebut. Otomatis saya jadi bolak balik ke teras (yang dekat kran air) dan ke halaman bagian depan (yang ada tumpukan kompos, untuk media tanam). Karena keasyikan, entah bagaimana tiba-tiba sebagian baju dan hampir seluruh celananya sudah basah kuyup. Spontan saya tertawa.

Saya: “Hahaha, wah mau sekalian mandi yaa…”

Sembari anak K main air dan mencuci beberapa pouch tersebut, dia ternyata memperhatikan saya, dan tetiba,

Anak K:”Bund, itu ada uler, uler bulu…”

Aaaaaa

Sudah mulai panik. Baru hari pertama kembali ke berkebun. Ada ulat kecil sudah panik. Hhahahahaha….

Saya:”Dimana Mas….???”

Anak K : “Itu, di kaos kaki Bundaaa…”

Huaaaaaaaa,,,,,akhirnya si Bunda pun jingkrak-jingkrak reflek mengusir itu ulat yang menempel di kaos kaki saya, sambil mencari-cari keberadaan hewan lain di pakaian atau kerudung atau apapun di badan saya… Sambil deg-degan kecil, sambil tertawa dan berusaha mengendalikan diri. Hihihihi, rasanya lucu kalau ingat kejadian tadi pagi tu…

Saya: “MaasyaAllah, Mas K perhatian yaa…Makasih ya Mas, sudah diingatkan..ulatnya jadi bisa diusir..” puji saya untuk anak K.

Anak K yang baru saja saya puji, terlihat senang, dan lebih bersemangat. Hehe. Pujian tersebut jelas kepada sikap perhatian yang diberikan anak saya. Semoga pujian tersebut memacu semangatnya. Semoga anak K mengerti bahwa akhlak yang baik, disukai Allah, aamiin.

Waktu pun berlalu, kami pun asyik dengan kegiatan kami masing-masing. Saya sibuk memasukkan media tanam ke pouch, anak K sibuk main air, dan mandi. Sebelumnya, saya sempat mengambilkan ember untuk K berendam, juga sabunnya. Tentu kami sangat dekat dan saling memantau satu sama lain.

Singkat cerita, saya sudah duluan selesai urusan berkebunnya. Anak K masih asyik main air beserta selangnya…Semprot sana semprot sini. Wah sepertinya sudah waktunya anak K berhenti mandinya. Tetapi melihat dia asyik, kayaknya bakalan susah kalau di-Stop. Jadi saya berinisiatif untuk mempraktikkan cara komunikasi produktif yang sudah ditularkan dalam kelas Bunda Sayang. Alih-alih langsung memerintah, saya beri dia pilihan.

Saya: “Mas K, sepertinya sudah lama ya mandinya… mau berhenti sekarang, atau lima menit lagi.”

I dont know why, dengan sigap dan lantang dan segeranya anak K menjawab, Lima menit lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Dalam hati ini, wkwkwkwk.

Dan ketika lima menit sudah berlalu saya ingatkan kembali. Alhamdulillah, anak K pun langsung berhenti mandi, dan mentas, hehehe… Berarti benar-benar produktif komunikasinya. Baiklah, itu sepenggal kisah kami tadi pagi. Semoga bisa diambil manfaat dan insipirasinya, terimakasih sudah menyempatkan bacanya. See you next time, insyaAllah…

Majenang, 27 Rajab 1440 H, 03 April 2019

Share With Love

Khoirun Nisaa