Share with Love

Game Level 1 Komunikasi Produktif #hari5

Ganti Kata “Tidak Bisa” menjadi “Bisa” – Jelas dalam Memuji dan Mengkritik

Bismillah,

Kemarin siang, selepas makan siang, anak K mengalami insiden. Ceritanya, dia sedang bercanda dengan salah satu kerabat kami di rumah. Qodarullah, K terpeleset dan bibir bawahnya harus terluka, karena terbentur lantai. Dan lukanya cukup lebar. Sedih rasanya… Sungguh dalam beberapa hari terakhir ini, K banyak mengalami kecelakaan, jatuh dari motor, jatuh dari sepeda, dan kemarin ditambah terpeleset sendiri. Gegara insiden itu, jadilah K lebih mudah merengek, dan hal utama yang terjadi adalah K jadi susah makan. Dimaklumi sih, karena ada luka besar di mulutnya.

Sampailah pada malam hari, anak K yang baru tertidur sekitar pukul 23.00 WIB terbangun pada pukul 03.00 WIB dini hari tadi. Bawaannya udah rewel aja, K minta minum air putih. Hal yang sudah tertebak-pun kejadian. Jadi, sedari sore kemarin, K susah makan. Alhasil, hanya mau minum minuman sereal yang ada di warung dan juga Alhamdulillah mau makan roti. Saya tawari nasi, buah dan juga jus, sebagai alterntif, ditolaknya. Lagi-lagi saya hanya bisa terus bersabar, seraya merayunya pelan-pelan dan terus meminta kepada Allah, untuk kesembuhan dan kesabaran anak K. Balik lagi ke pukul 03.00WIB. Setelah minum air putih, dia merengek-rengek, kelaparan, tetapi ya nggak mau makan makanan berat apapun yang saya tawari. Alhamdulillah masih ada sedikit persediaan minuman sereal dan K mau minum itu. Hitung-hitung buat isi perut yang saya yakin sedang kelaparan. Waktu terus berjalan, minumannya sudah datang. Anak K hanya mau meminumnya pakai dot. Oke, saya turuti. Saat meminumnya, terlihat lahap, tetapi karena sakit dia masih meringis-meringis. Saya ajak tiduran, dielus-elus (seperti kebiasaan K sebelum tidur), dia menolak. Saya tawarkan membacakan buku, Kisah Nabi dan buku Asmaul Husna ditolak. Tetiba dia ingat dan minta dibacakan majalah untuk anak-anak Paud atau TK. Anak K yang sedari tadi digendong pakai kain, kini mau turun dan membuka-buka halaman majalan.

Alhamdulillah, rasa sakitnya sedikit teralihkan. Saya pun mulai sibuk membacakan isi majalah tersebut, dan anak K diam memperhatikan dan merespon apa yang saya baca. Tibalah kami pada halaman yang bisa dikreasikan dengan menggunting dan menempel.

Saya: ” Waah ada gambar ikan-ikan bawah laut Mas K, ada terumbu karang juga. Halaman ini, boleh digunting dan ditempel-tempel lhooo. Mas K, bisa gunting-gunting kan..lalu tempel-tempel, asyiiik.”

K terlihat antusias dan mulai tersenyum serta mengangguk-angguk.

Saya: “Guntingnya di rak, boleh diambil sekarang.”

K bergegas menghampiri lemari yang di dalamnya ada rak penyimpanan perkakas. Anak K sudah tahu dimana letak gunting. Kemudian ia mendekati saya lagi dan mulai menggunting gambar-gambar ikan dan juga terumbu karang. Untuk keberanian dia, dan kemauan K untuk menggunting, saya sudah merasa bangga dan senang. Meskipun hasilnya belum bisa rapi banget, karena ada lekukan-lekukan, detail gambar ikan dan terumbu karang yang mungkin masih sulit dikerjakan anak usia 3,5 tahun. Dua kali, bagian kepala ikannya terpotong, serta belum rapi pada bagian tepi dan lekukan gambar ikannya.

K: “Bund, yang ini K nggak bisa, susah, mata sama kepalanya kepotong.”

Saya: “K sudah bisa gunting sesuai gambarnya kok, sudah bagus, kalau belum detail di lekukannya, nggak masalah, masih banyak waktu untuk berlatih. K sudah bisa kok”

Anak K terlihat senang saya puji, seraya menunjukkan hasil mengguntingnya kepada saya. Meskipun di sisi lain, dia merasa kecewa karena ada bagian yang tergunting.

Sambil menyerahkan gambar-gambarnya K berkata

K:”Bund, tolong rapikan ya Bund, K nggak bisa rapi banget.”

Saya: “K pasti bisa, sekarang hanya butuh lebih banyak latihan lagi. Sini Bunda bantu sedikit, karena K sudah gunting banyak banget bagiannya… mulai capek yaa.”

Jadi ceritanya, majalah itu berukuran kertas A4. Kemudian pada satu halaman terdapat gambar, berlatar air laut, berwarna biru yang di tengahnya blok putih, untuk menuliskan nama anak. Kertas itu akan digunakan sebagai kertas papan nama, yang bisa dihias dengan gambar-gambar ikan, sesuai dengan tema majalan edisi itu, tentang laut. Lalu di halaman lain, terdapat beberapa gambar ikan (ukurannya relatif kecil) dan terumbu karang yang bisa digunting dan ditempel pada halaman papan nama.

Selama ini, K sudah bisa menggunting kertas, dengan pola sesuka hati dia. Sudah sampai menggunting bentuk kecil, tetapi masih sesuka hati dia. Untuk menggunting dengan detail dan berdasarkan pola yang ada di gambar, baru bisa pada gambar-gambar persegi atau segitiga. Itu pun terkadang belum terlalu rapi. Jadi pada kesempatan ini, saya beri apresiasi kepada K karena sudah mau menggunting dengan lekukan-lekukan gambar ikan, meski belum rapi banget. K sudah berhasil menggunting banyak gambar ikan-ikan kecil, pasti menguras energi dia, untuk fokus. Sehingga saya mengiyakan permintaannya untuk dirapikan lagi hasil guntingan dia. Saya yakin esok dia akan lebih percaya diri dengan hasil kerjanya.

Setelah semua gambar-gambar ikan dan terumbu karangnya digunting, tiba waktunya untuk menempel gambar-gambar tersebut pada kertas papan nama yang sudah disediakan. K saya ingatkan untuk mengambil lem di rak yang sama. Anak K pun antusias dan segera mengambilnya. Alhamdulillah, rasa sakit di bibirnya sudah terlupakan. K bisa beraktivitas dengan riang dan gembira meski sedang luka di bibir dalamnya. Kami pun saling bantu-membantu dalam merekatkan gambar-gambar tersebut di papan nama K. Anak K saya bebaskan untuk menata sendiri gambar ikan tersebut sesuai imajinasinya. Di akhir cerita saya memberikan pujian lagi kepadanya karena K sudah beremangat beraktifitas dan berhasil menggunting serta menempel gambar-gambar tersebut. Anak K pun terlihat gembira. Alhamdulillah.

Pada Ibu Pembelajar yang semoga selalu dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala.. dari apa yang saya alami dan praktikkan, sesulit apapun kondisinya kita, terkadang akan memicu rasa sedih, rasa down dan patah semangat. Namun kita harus senantiasa bersabar, karena yakin Allah akan menolong orang-orang yang bersabar. Tetaplah jaga emosi untuk tidak marah, tetap berusaha tersenyum dan berempati pada kondisi anak. Alhamdulillah semua bisa terlewati. Baik, sampai di sini dulu kisah kami hari ini. Semoga besok bisa berjumpa kembali. Barakallahu fiikum

Majenang, 26 Rajab 1440H, 02 April 2019

Share with love

Khoirun Nisaa