Share with Love

Level 1 Komunikasi Produktif #hari7

Percakapan yang Direncanakan

Bismillah,

Pagi tadi, gerimis dan matahari bergantian nampak, seolah sedang balapan mendahului hari kami. Sebentar gerimis, sebentar terang bercahaya. Terjadi begitu selama beberapa kali. Sehingga kami pun memilih banyak beraktivitas di dalam rumah. Alhamdulillah, seperti kebanyakan hari, pagi tadi anak K memulai hari dengan bangun dan minum obat wajib. Setelah minum obat, waktunya anak K sarapan pagi. Dalam beberapa kesempatan yang sudah lalu, saya memperhatikan bagaimana cara anak K berinteraksi dengan orang lain, terutama terhadap orang yang baru dikenal. Banyak orang yang bertemu anak K dan ingin ajak bicara, entah tanya nama, tanya kabar, tanya sudah makan atau belum, atau tanya makan apa tadi…. Dari sekian banyak pertanyaan tersebut, seringkali, terutama kepada orang yang baru kenal, atau belum akrab, reaksi anak K adalah diam saja, tidak menjawab, iya, kalaupun menjawab, anak K lebih sering menjawab sambil menatap wajah Bundanya. Dari hal itu, saya berencana untuk membicarakannya khusus dengan anak K, dan waktu yang saya pilih adalah saat makan pagi tadi.

Mengapa saya rencanakan saat sarapan pagi. Hal tersebut, karena saya ingin mencontoh sikap dan perilaku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bertindak. Berdasar anjuran agama saat makan bersama hendaknya diisi dengan saling berbicara, terutama untuk memuji Allah atas rezeki makanan yang dimakan. Seperti dalam artikel rujukan berikut ini.

“Alhamdulillah ya Mas, bisa sarapan munthul. Munthulnya manis banget yaa, munthul rebus, dibakar juga enak ini…hmm” kata saya memulai percakapan.

“Hu uh…” jawab anak K sambil angguk-angguk.

Buat yang belum tahu apa itu munthul, itu sebutan untuk ketela rambat dalam Bahasa Jawa, khususnya yang berdialek ngapak. Sebenarnya bisa sih, saya menyebut ketela rambat, atau ubi jalar. Tetapi menurut saya nama munthul itu ear catching, lucu dan membuat anak K sering tersenyum-senyum mendengar saya mengucapkan munthul, hehehe. Oke, back to story.

“Mas K, tahu nggak, banyak lhoo yang pingin ngobrol-ngobrol, kenalan dan perhatian sama K,” ujar saya, melanjutkan topik pembicaraan yang sudah direncanakan.

Saya bericara sebisa mungkin dengan nada lembut, dan ramah, sambil terus menatap mata dan wajah, anak lanang, my baby boy yang sudah berumur 3,5 tahun. Masih sambil kupas-kupas dan makan munthul.

Anak K terlihat, mulai menyimak apa yang akan Bundanya sampaikan. Lalu dia memasang wajah antusias seperti sedang ingin mengkonfirmasi ucapan saya.

“Iya betul, kalau baru kenalan, kan banyak yang tanya-tanya ke K yaa… Mereka perhatian lhoo,” tambah saya.

“Besok lagi, kalau ada yang tanya, dijawab yaa… jawabnya sambil natap wajah yang nanya yaa…” ucap saya mulai ke inti dari tema pembicaraan.

“K jawab kok…,” timpal K dengan semangat.

“Iyaa, bagus, Mamas K sudah mau jawab, besok lagi jawabnya lihat ke yang tanya, (dia lebih sering jawab sambil menatap saya),” jelas saya untuk mengungkapkan apa yang saya ingin terjadi di kemudian hari.

Kemudian sempat saya mengulangi beberapa kali, kalimat harapan saya tersebut, untuk K, supaya ke depan dia bisa berinteraksi dengan orang lain, dengan lebih baik. Kemudian kami terus bertatap-tatapan sambil tersenyum-senyum. Anak K pun memberi respon baik, dengan mengiyakan permintaan saya tersebut, berkali-kali. Alhamdulillah. Semoga besok bisa terwujud. Aamiin. Kecewa ketika menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi, itu wajar. Namun kami terus berusaha untuk berpikir positif apa yang terjadi di depan kita, terutama kepada anak yang masih balita. Anak K masih belajar, dan tugas kami untuk mendidik dan fokus kepada apa yang ingin diraih di depan. Bukan mengorek-ngorek kesalahan dan kekurangan di masa lalu.

Para Ibu Pembelajar, itulah sepenggal kisah kami di pagi tadi. Tantangan ini, membantu saya untuk terus menjalankan komunikasi yang produktif terhadap anak saya dan juga suami. Semoga tulisan ini bermanfaat yaa..dan tunggu lagi, ada cerita apa ya, esok. InsyaAllah kami hadir lagi. Sampai jumpa..

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Majenang, 28 Rajab 1440/ 04 April 2019

Share With Love

Khoirun Nisaa