Share with Love

Tantangan Level 2 Melatih Kemandirian #hari2

Bismillah,

Sudah empat hari sejak anak K tidak BAB. Pagi tadi, sepulang dari mengantarkan Oma, sekitar pukul 09.00 WIB, anak K mulai menampakkan tanda-tanda ingin BAB. Segera saya tanyakan dan tawarkan kepadanya.

“Mas K kebelet eek ya? Yuuk ke toilet. Eeknya di WC yuuk,” ajak saya.

Seperti hari-hari kemarin, anak K mulai meringik-ringik, kesakitan dan kemudian berusaha untuk menahan supaya tidak jadi BAB. Anak K memang sedikit punya masalah dengan BAB, maksudnya sering sembelit. Kami sudah mengupayakan banyak hal, dari mulai memperbaiki makanan, banyak minum, asupan olive oil dsb, qodarullah masih harus menemukan tantangan. Kami menebak rasa sakit saat sembelit itu yang membuat anak K enggam dan takut untuk BAB. Jangankan ke toilet, untuk jongkok dengan pospak saja dia tidak mau. Jadi seringnya selama ini BAB dengan cara memakai pospak dan berdiri.

Dari pukul 09.00WIB, anak K masih nggak mau diajak ke toilet. Bahkan kali ini tidak mau pakai pospak. Dia berusaha untuk menahan agar tidak BAB. Ada rasa khawatir dan bingung juga. Tapi saya harus bisa mengendalikan diri. Ingatlah saya dengan materi melatih kemandirian. Dengan bekal komunikasi produktif saya harus terus konsisten memotivasi anak supaya berhasil.

Mulailah saya berbicara dengan nada tetap rendah, diikuti senyuman berharap dia luluh mengikuti arahan saya.

“Mas K, itu eeknya mau keluar lhoo, ayoo dikasih jalan. Biar dia lewat dulu. Nanti kalau sudah keluar perutnya biasanya lega kan, yuuk jongkok ke toilet,” ucap saya merayu.

Nampaknya belum berhasil, anak K tetap bersikeras ingin menahan eeknya. Saya harus melakukan penyesuaian.

“Ya sudah kalau belum mau ke toilet, pakai pospaknta dulu, jongkok di sini dekat Bunda juga gak papa, nanti Bunda pegangi,” ajak saya lagi.

Masih tidak menghiraukan. Anak K masih meringik menangis sambil mengatakan nggak mau eek.

Kejadian tersebut berulang sampai beberapa kali. Saat terasa mau eek, dia menangis, namun saat sudah hilang, dia beraktivitas seperti biasa, bermain lari-lari dan bercanda.

“Mas, semua orang itu eek, bunda kalau kebelet eek maka ke toilet, eek, ayah juga, semua juga. Hewan juga eek.. Kalau sakit sedikit gak papa, ditahan dikit, insyaAllah kalau dah keluar kan perut lega. Mamas K sudah tidak nangis lagi,” rayu saya lagi.

Nampaknya usaha saya masih belum berhasil. Bahkan aampai kemudia anak K tidur siang, dia belum jadi BAB. Bangun tidur kerasa lagi tetapi lagi-lagi belum mau diajak. Sampai malam ini saya post tulisan ini, dia pun belum BAB.

Semoga besok akan membuahkan hasil yang lebih baik, aamiin..

Share with Love,

Khoirun Nisaa