Share with Love

#NHW9 Bunda Sebagai Agen Perubahan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin.. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, bersyukur atas semua rahmat dan hidayah-Nya, semoga kita selalu dalam berkah-Nya, aamiin. Shalawat dan salam selalu, senantiasa terpanjatkan atas Nabi Muhammad, shallahu’alaihi wasallam, beserta para sahabat, kerabat dan juga seluruh ummatnya hingga akhir jaman, aamiin.

Sampailah saya, pada materi ke-9 dalam matrikulasi Institut Ibu Profesional, mengenai Bunda Sebagai Agen Perubahan. Dikatakan dalam materi, bahwa setiap orang adalah agen perubahan. Kalau dulu saat masih kuliah, sering mendengarkan kalimat, mahasiswa adalah agen perubahan. Sekarang semakin diyakinkan, bahwa seorang ibu juga dapat menjadi agen perubahan. Ketika seorang ibu mampu mendidik anaknya dengan baik, maka sesungguhnya ia telah menjadi agen perubahan.

Dalam penugasan ini, peserta didik diminta untuk memantapkan diri kembali dalam menjadi seorang Ibu yang profesional. Kesungguhan dan semangat belajar seorang ibu di dalam keluarga yang dibarengi dengan kesadaran untuk menekuni passionnya, membuat ibu dapat lebih berperan lebih dalam pada suatu bidang. Pendalaman passion yang dibarengi dengan empati  dan kepekaan lingkungan akan mampu menghasilkan sebuah gerakan yang dikenal dengan Social Venture, yaitu suatu usaha yang didirikan oleh seorang sosial enterpreneur baik secara individu maupun organisasi dengan bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan (2018, Materi Nice Homework 9 MIIP). Jadi untuk melakukan perubahan terhadap masyakarat, Ibu diminta untuk mampu memiliki rasa empati terhadap permasalahan di masyarakat, yang berkaitan dengan passion yang digeluti dan kemudian memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kegiatan yang saya sukai dan insyaAllah bisa saya lakukan adalah permaculture. Sebuah aktivitas menjaga ekosistem lingkungan dengan mampu memberdayakan lingkungan sekitar sendiri untuk mampu memproduksi bahan pangan, dan juga menjaga keberlangsungan ekosistem lingkungan dengan lebih alami. Untuk menguasai permaculture, terdapat beberapa keterampilan baik hardskill maupun softskill yang dibutuhkan. Hardskill yang menunjang adalah kemampuan bercocoktanam, berkebun, berternak hewan ternak, kemampuan mengolah sampah. Sedangkan softskill yang diperlukan dalam menjalankan permaculture adalah sikap mau belajar, optimistis, tekun dan sabar, komunikatif dengan masyarakat sekitar untuk membangun jaringan dan juga membagi pengetahuan dan dampak positif ke masyarakat.

Melihat kondisi di sekitar tempat tinggal saya sekarang, lingkungan yang saya tinggali adalah masih di pedesaan, yang mana, kebanyakan rumah masih punya sebidang halaman, yang relatif cukup luas dibandingkan dengan rumah-rumah di daerah urban/perkotaan. Kebanyakan masyarakat di sekitar, masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penghasilan, namun kebanyak mereka menggarap sawah yang jauh dari rumah. Artinya kebanyakan warga masih mengolah tanaman sejenis, yaitu padi, dan menjualnya ke pedagang. Sedangkan halaman rumah, masih belum dioptimalisasi penggunaannya. Akan lebih indah jika warga masyarakat mampu memanfaatkan halaman rumahnya untuk lahan yang aktif memproduksi sumber pangan serta mampu menjaga lingkungan lebih indah dan rapi dengan mampu mengolah sampah, serta saling bergantungan dengan lingkungan sekitar dalam menjaga keindahan lingkungan tersebut. Solusi yang terlintas dalam pikiran saya adalah menjalankan gerakan masyarakat permaculture dengan diawali dengan melakukan percontohan berawal dari rumah permaculture di lingkungan pribadi. Harapannya, masyakarat sekitar mendapat edukasi dari melihat langsung, dan dari sharing dan motivasi sehingga tergerak hatinya untuk lebih mengoptimalkan lingkungan masing-masing sebagai lahan produktif. Sehingga dapat digambarkan dalam tabel berikut.

 

MINAT / HOBI/ KETERTARIKAN

SKILL, HARD, SOFT ISU SOSIAL MASYARAKAT

IDE SOSIAL

PERMACULTURE 1. Bercocok tanam

2. Berternak

3. Mengolah sampah

4. Sikap mau belajar

5. Optimistis

6. Tekun dan bersabar

7. Komunikatif

 

1.     Punya lahan/halaman masih belum dioptimalisasi

2.     Masih lebih konsumtif daripada produktif

3.     Pengelolaan sampah belum optimal

4.     Kelompok tani sudah ada, tapi belum optimal pelaksanaannya

1.   Bapak-bapak

2.   Ibu-ibu

3.   Remaja

 

1.    Rumah permaculture

2.    GERAKAN MASYARAKAT PERMACULTURE

 

Demikian yang dapat saya sampaikan, terimakasih atas perhatian dan sarannya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Majenang, Cilacap, Jawa Tengah

01 Oktober 2018

Share with Love

Khoirun Nisaa