Share with Love

Tantangan Level 2 Melatih Kemandirian #hari9

Bismillah,

Agaknya caption pada gambar di atas, indah untuk menggambarkan betapa setiap perjuangan menaklukkan tantangan, insyaAllah akan berbuah manis. Masing-masing dari kita, yang berperan sebagai seorang ibu akan merasa betapa menyikapi anak dengan sabar adalah perjuangan tersendiri untuk mencapai tujuan yang ingin diraih.

Nasihat ini teruntuk diri sendiri dan juga sesama Ibu yang menganggap pengabdian diri sebagai ibu adalah bentuk ibadah tanpa batas waktu, daya dan upaya. Semoga dengan konsistensi, kesabaran dan istiqomah pada jalan yang lurus akan menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan harapan.

Saat menulis ini, saya sejatinya sedang berkabung atas berpulangnya salah seorang sahabat yang telah banyak menularkan energi positifnya, semoga beliau husnul khotimah, diterima seluruh amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanya, aamiin..

Saya masih mencoba dalam mood yang baik untuk bercerita. Jadi latihan kemandirian untuk anak saya K, sedang masih berlanjut.

Setelah kemarin anak tidur cukup larut malam, sekitar pukul 00, akhirnya membuatnya bangun siang jugaa.. Kurang lebih jam 9 baru bangun.. Waaah cukup siang ya Nak.. Hehehe.

Sebelumnya dibangunin berkali-kali, masih kembali tidur. Alhamdulillah ada hikmahnya. Si emak jadi bisa melakukan banyak aktivitaa domestik.

Sesaat bangun tidur, anak K bangkit sendiri dari tempat tidurnya, dan kemudian turun dari kasur serta dilanjut jalan ke toilet. Dia langsung jongkok di WC.

“Naah, gitu dong, pinter, sudah mau langsung ke toilet tanpa disuruh,” ucap saya memberi apresiasi kepada anak K.

Anak K melanjutkan kegiatan pipis dan cebok sendiri. Namun tidak BAB. Alhamdulillah. Pengamatan saya mulai dilakukan intensif. Ooo mungkin ini yang namanya progress. Semakin banyak sounding (asal tidak luber banjir) insyaAllah akan terngiang-ngiang dan tertanam di pikiran anak. Asal dengan nada lembut, kalimat singkat dan jelas pengucapannya.

Segera saya sounding lagi untuk mau BAB dilanjut mandi supaya bersih, wangi dan segaarf..

Namun anak K belum mau. Dia menampakkan gesture lapar dan pandangannya mencari-cari makanan. Baiklah saya siapkan makanan setelah sebelumnya anak K harus minum obat. Dilanjut makan.

Sedikit ada drama, saat ada penjual sayur lewat rumah, menunggu di depan rumah. Saya biasa keluar untuk membeli sayuran. Anak K sering ikut keluar tetapi sering juga tetap tinggal di rumah. Berhubung anak K telanjang dada, dia pergi ke kamar untuk mengambil kaos, katanya mau ikut Bundanya.

Dengan mandiri anak K memgambil bajunya sendiri di lemari, kemudian memakainya sendiri. Namun ternyata beberapa kali coba, masih belum akurat sehingga dia menjadi kesal. Melihat gesture saya berdiri, anak K sudah panik seolah akan ditinggal. Padahal saya bersikap tenang dan menunggu. Akhirnya anak K emosional dan merasa kesal belum berhasil memakai bajunya. Ditawari bantuan, tak mau. Ya baiklah, saya tidak memaksa. Singkat cerita akhirnya dia bisa memakai meski butuh waktu lama dan disertai kekesalan. Saya katakan tidak mengapa.. Salah saya terkadang keceplosan untuk berkata cepat. Itu karena penjual sayur sudah lama menunggu. Semoga besok bisa dieliminir.

Setelah beli sayuran, anak K dengam kesadaran mau pergi ke toilet untuk mandi. Meski masih ditemani dan sesekali dibantu. Alhamdulillah.

Demikian sepenggal kisah kami, semoga besok lebih baik, barakallahu fiikum.

Share with love

Khoirun Nisaa